Jakarta – Markas Besar TNI akhirnya buka suara terkait insiden penyerangan terhadap prajurit TNI yang diduga melibatkan 15 warga negara China di lokasi tambang emas di Kalimantan Barat. Peristiwa ini sempat menyita perhatian publik karena menyangkut isu keamanan, kedaulatan, serta keberadaan tenaga asing di wilayah strategis Indonesia.
Pihak Mabes TNI menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi saat aparat menjalankan tugas pengamanan dan penertiban di area pertambangan. Insiden bermula dari adanya kesalahpahaman dan penolakan terhadap upaya aparat dalam menjalankan prosedur keamanan. Situasi kemudian berkembang menjadi aksi penyerangan yang mengakibatkan beberapa prajurit TNI mengalami luka.
TNI menegaskan bahwa langkah pengamanan yang dilakukan telah sesuai dengan aturan dan bertujuan menjaga stabilitas serta keselamatan di kawasan tambang. Mabes juga menyatakan bahwa insiden ini tidak berkaitan dengan konflik antarnegara, melainkan murni persoalan hukum dan keamanan di lapangan. Penanganan kasus tersebut kini diserahkan kepada aparat penegak hukum untuk diproses sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, Mabes TNI menekankan pentingnya kepatuhan seluruh pihak, termasuk tenaga kerja asing, terhadap hukum dan aturan yang berlaku. Keberadaan pekerja asing di wilayah Indonesia harus sejalan dengan regulasi, izin resmi, serta menghormati aparat negara yang bertugas.
Pemerintah pusat juga disebut telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait guna memastikan situasi tetap kondusif. Langkah-langkah pengamanan tambahan dilakukan untuk mencegah terulangnya insiden serupa di kemudian hari.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat terhadap aktivitas pertambangan, khususnya yang melibatkan pihak asing. TNI menegaskan komitmennya untuk terus menjaga keamanan nasional serta menegakkan hukum demi melindungi kepentingan negara dan masyarakat.














